SD Telkom Makassar Gelar Porseni Bertema Budaya, Nyamanna!

MAKASSAR — Permainan tradisional merupakan salah satu bagian dari ragam kebudayaan yang tumbuh di Indonesia. Sebelum gempuran perkembangan teknologi muncul, aneka permainan tradisional sempat mewarnai kehidupan anak-anak Indonesia.

Permainan tradisional semakin lama semakin dilupakan di jaman milenial saat ini, dimana dengan semakin berkembangnya teknologi membuat generasi muda lebih memilih permainan modern yang marak saat ini.  Tetapi trend yang berkembang tersebut tidak membuat SD Telkom Makassar, yang mempunyai tagline “Sekolahnya Anak Milenial”, menjadi lupa akan permainan tradisional. Sekolah yang baru-di tahun ini memperoleh Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional mengangkat kembali dan memperkenalkan berbagai permainan tradisional kepada siswa-siswinya, melalui kegiatan Pekan Olahraga, Seni dan Budaya (Porsenibud) sejak tanggal 09-13 Desember 2019.

Adapun permainan tradisional yang dilombakan dalam Porsenibud SD Telkom Makassar adalah permainan bakiak/terompah, congklak/dakon, roda ban, boi-boian, asing-asing/gobak sodor, egrang batok kelapa, dende’-dende’/engklek dan ular tangga.

Bacaan Lainnya

Nurmalia, M.Pd., guru PJOK dan merupakan Ketua Panitia Porsenibud 2019 SD Telkom Makassar, mengatakan, “Kami sengaja memilih mengangkat unsur kedaerahan, semacam permainan tradisional yang ada di daerah Sulawesi Selatan sekaligus mengedepankan penggunaan bahasa daerah dalam lomba berbau seninya, seperti baca puisi daerah serta menyanyikan lagu daerah sekaligus memutar music daerah selama acara berlangsung, untuk memberikan gambaran atau mengedukasi siswa akan kearifan lokal yang telah ada sejak dulu dan membuat mereka kembali ke habitat sebenarnya anak-anak, yaitu bermain bersama dan berbaur dengan alam”

Permainan tradisional hakikatnya tercipta sebagai hasil kebudayaan dari masyarakat setempat, bukan bawaan bangsa asing yang sering dikira oleh sebagian pihak. Permainan tradisional adalah puncak dari segala hasil kebudayaan. Permainan tradisional merupakan permainan yang sangat seru dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Melalui permainan tradisional, seseorang dapat berkreasi serta dapat berbaur satu sama lain. Jadi pihak sekolah ingin menanamkan kepada seluruh siswa bahwa sah-sah saja mengikuti perkembangan jaman dan berpikiran global, tetapi tidak boleh melupakan permaianan serta budaya lokal karena itu adalah identitas diri kita sebagai seseorang yang berbangsa dan berbudaya”.  

Di Porsenibud ini, orang tua siswa juga dilibatkan dalam mengikuti lomba permainan tradisional ini. Mereka saling bersaing antar orang tua di kelas yang berbeda dan tentunya melibatkan wali kelas putra-putri mereka. Terlihat sangat lucu saat melihat orang tua yang saling berjatuhan saat mengikuti lomba bakiak atau terkena lemparan bola saat mengikuti permainan boi-boian. Antusiasme orang tua siswa dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah membuat SD Telkom Makassar juga melakukan kegiatan entrepreneur day selama masa Porsenibud ini. Siswa dibantu orang tuanya diarahkan untuk membuat atau menjual suatu produk (makanan, minuman dan pernak-pernik) di area koridor sekolah serta memasarkannya kepada teman, guru dan orang tua siswa lainnya.  

“Dalam Porsenibud ini, permainan tradisional dihidupkan kembali meski telah jarang dimainkan. Siswa SD Telkom Makassar diajarkan untuk membangun kebersamaan dan kekompakan, karena permainan tradisional tidak dapat dimainkan sendiri. Hal inilah yang menimbulkan keseruan dan kebersamaan saat bermain secara beramai-ramai. Dan hal ini berbeda dengan aneka permainan di jaman milenial. Permainan yang ada saat ini lebih mengarah pada kemenangan, jadi siswa harus menang terlebih dahulu, harus juara dulu, baru mereka akan senang. Tetapi dalam permainan tradisional, seseorang harus senang dulu, baru akan merasakan menang atau kalah. Inilah yang membuat batasan permainan tradisional menjadi sangat unik,” ujar Nurmalia.   

“Dengan mengangkat tema berbahasa daerah, yaitu SD Telkom Mappakoe, dimana bermakna bahwa SD Telkom itu adalah sekolah yang keren, bagus atau mantap, yang disimbolkan dengan jempol yang mengacung ke atas, diharapkan seluruh bagian dari sekolah mampu menjadi insan yang lebih baik dan mampu menjadi sosok yang berorak, beragama, tetapi juga tidak melupakan sisi entrepreneur dan entertainnya. Dan jika kesemuanya dapat diakselerasikan dalam diri akan melahirkan siswa yang jempolan. Kegiatan Porsenibud ini sendiri dilakukan sebagai sarana refreshing siswa setelah seminggu menjalani Penilaian Akhir Semester Ganjil,“ tutupnya. (Rdt)

Pos terkait