Punya Tiga Sisi, Buku Biografi Tamsil Linrung Dibedah di Social Barn Palopo

PALOPO — Launching buku biografi dan perjalanan politik Tamsil Linrung dan sekaligus Bedah Buku bertajuk “Politik untuk Kemanusiaan” digelar di Social Barn, Mega Plaza, Senin malam, 12 November 2018.

Tiga narasumber yang hadir untuk membedah buku setebal 344 halaman itu diantaranya Ust. Ikhwan Jalil (DPP Wahdah Islamiyah), Muh Farid SE (Ketua KAMMI Sul Sel), dan Dr. Mujetabah (Dosen UIN Makassar) dengan moderator sang motivator Tana Luwu, Haeril Al Fajri.

Politisi senior PKS yang mantan anggota DPR RI itu, kini maju sebagai Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai salah satu calon senator mewakili Sulsel dalam prosesi Pileg 2019 mendatang.

Ketiga narasumber yang merupakan sahabat dekatnya itu banyak memuji kiprah Tamsil Linrung seperti yang tertuang dalam buku biografinya tersebut.

Farid, misalnya mengakui jika sosok Tamsil Linrung sebagai salah satu sosok pemimpin yang banyak memberi warna pada kehidupan politik bangsa dan masyarakat terutama saat masih aktif di beberapa organisasi seperti ICMI, dan ormas lainnya, pun juga saat duduk di DPR RI dua periode sejak 2004 hingga 2014.

“Sampai hari ini beliau tetap membawa nilai-nilai positif bagi masyarakatnya, beliau sosok pemimpin egaliter yang memiliki komitmen tentang bagaimana membangun proses politik di Indonesian. Beliau banyak membantu memperjuangkan kepentingan masyarakat utamanya kaum lemah, di tengah suasana masyarakat yang cenderung berubah,” ucap Ketua KAMMI Sulsel Muh Farid.

Sementara itu, Dr. Mujetabah Dosen UIN Makassar menyampaikan testimoni dan ulasannya tentang sosok Tamsil Linrung yang dalam kajiannya punya tiga sisi yang sangat menonjol.

“Sebenarnya, ini bukan Bedah Buku tapi bedah orang,” kelakarnya saat membuka narasi soal biografi Tamsil yang juga Sekretaris Umum Yayasan Pusat Pendidikan Islam Internasional Indonesia.

Lanjut Dosen UIN itu, ada tiga hal yang bisa dilihat pada sosok Tamsil Linrung yakni Islamisasi, Politik dan Kemanusiaan.

“Jika dianalogikan. Islam sebagai kakak tertua dan Negara sebagai adik bungsu sampai hari ini belum bisa hidup rukun. Negara dan Islam, yang belum bisa rukun itu, dalam konteks sosok Tamsil Linrung, harusnya lahir sosok negarawan dan penyeimbang, tanpa harus terjebak pada politisasi agama dan “agama” politik,” kata dia.

Lain halnya Ust Ikhwan Jalil Ketua Wahdah Islamiyah itu mengenal Tamsil sejak 32 tahun lalu, saat masa-masa SMA. Sehingga sosok dan kepribadian Tamsil karena kedekatan hubungan emosional kaitannya dengan Buku Biografi yang diterbitkan oleh penerbit RMBooks Jakarta itu, menjadikan ia yakin dan percaya, meski ia sendiri mengakui belum membaca utuh buku tersebut merasa yakin jika Tamsil adalah putra daerah Sulsel yang dari segi pengalaman dan keilmuan telah ditempa zaman, meski harus diskorsing dari kampusnya saat itu pada 1984 di IKIP Ujungpandang.

Menariknya, di akhir ulasannya, Ust Ikhwan Jalil membacakan puisi untuk sang politisi gaek tersebut serta membacakan doa bagi keselamatan bangsa dan negara di tengah hiruk pikuk tahun politik.

Sementara Tamsil Linrung sendiri yang hadir dengan busana batik putih-krem dan biru bermotif garuda dengan santai mengajak audiens untuk bernostalgia di masa lalu.

Sosoknya yang kontroversial di era Orde Baru dan awal reformasi sedikit mengalami perubahan, ia kini semakin bijak dan matang dalam mengolah masalah. Beberapa peristiwa penting yang ia alami dalam buku biografinya menjadi catatan penting bagi pelaku politik dan anak-anak bangsa ini, bahwa belajar dari pengalaman seperti tokoh sekaliber Tamsil jauh lebih penting, untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.

“Saya sudah menulis beberapa buku, diantaranya waktu di ICMI, Studi Ekonomi Kerakyatan, tapi buku yang terkait dengan diri saya saya tidak punya catatan yang utuh, karena saya merasa tak ada yang istimewa, tetapi saya tulis saja, nah setelah itu ada banyak yang meminta kepada saya agar diterbitkan, diantaranya almarhum AM Fatwa, juga Prof Anwar Arifin, jadi buku ini sedikit kisah-kisah masa lalu yang selalu ada hikmah dibalik peristiwa yang dinukil dari buku ini,” ungkapnya.

Kegiatan bedah buku ini sendiri dihadiri oleh para aktivis mahasiswa, staf pengajar kampus dan beberapa caleg PKS diantaranya yang terpantau Aswin Djidar yang larut bersama pengunjung Sosial Barn serta awak media.(*)

Pos terkait