Mahasiswa Universitas Andi Djemma Tuntut Reformasi Kampus: “Tujuh Luka Unanda, Kami Tidak Akan Diam”

Luwu Utara, MediaDuta – Ratusan mahasiswa Universitas Andi Djemma (Unanda) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus (AMUNISI) menggelar aksi demonstrasi di halaman kampus mereka, Selasa (15/7/2025).

Di bawah terik matahari, massa aksi menyuarakan tujuh tuntutan yang dianggap sebagai bentuk keprihatinan terhadap berbagai persoalan mendasar yang selama ini terjadi di lingkungan kampus.

Mengusung tajuk “Tujuh Luka Unanda”, aksi ini menjadi sorotan karena mencerminkan akumulasi keresahan mahasiswa yang menuntut perubahan nyata dalam tata kelola kampus. Berikut tujuh tuntutan yang disampaikan aliansi AMUNISI:

• Transparansi SPP/BPP dari tahun ke tahun,

• Evaluasi manajemen pembangunan dan pengadaan fasilitas,

• Transparansi penyaluran dan penerima beasiswa KIP Kuliah,

• Evaluasi independensi Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS),

• Evaluasi sistem akademik berbasis Sevima,

• Evaluasi kinerja dosen,

• Pengaktifan kembali Pers To Ciung sebagai media pers kampus.

Menurut Jenderal Lapangan (Jenlap) aksi, Alif Tangngelona Putra, ketujuh tuntutan tersebut tidak lahir secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari kekecewaan mahasiswa terhadap sistem birokrasi kampus yang dinilai tertutup dan minim respons.

“Ini bukan soal sensasi, ini panggilan moral untuk mengembalikan marwah kampus sebagai ruang akademik yang sehat, transparan, dan berpihak pada keadilan,” tegas Alif dalam orasinya.

Aksi ini sempat memanas akibat ketidakhadiran pihak birokrasi kampus untuk menemui massa aksi. Mahasiswa kemudian melakukan penyegelan simbolik terhadap gedung rektorat sebagai bentuk kekecewaan.

Alif menegaskan, jika tuntutan mereka terus diabaikan, maka AMUNISI akan menggelar aksi lanjutan yang lebih besar dan menghentikan seluruh aktivitas perkuliahan.

“Kami beri waktu, tapi jika tetap tidak diindahkan, kami siap menghentikan aktivitas akademik,” tegas Alif.

Aksi damai ini juga diwarnai insiden yang menuai kecaman, ketika seorang oknum dosen tertangkap kamera melontarkan kata kasar “telaso” kepada mahasiswa peserta demonstrasi. Perilaku tersebut dinilai mencederai nilai-nilai etika akademik dan memperlihatkan relasi kuasa yang tidak sehat di lingkungan kampus.

“Ini ironi. Bukannya merespons dengan pendekatan edukatif, tapi justru menghina. Kampus bukan arena adu kuasa, tapi tempat tumbuhnya gagasan, bahkan yang bertentangan sekalipun,” tambah Alif.

Aliansi AMUNISI menegaskan bahwa mereka tidak memusuhi institusi ataupun para dosen secara keseluruhan, namun menolak segala bentuk tindakan represif dan intimidatif. Mereka menyerukan agar kampus kembali kepada fungsinya sebagai rumah bagi kebebasan berpikir dan partisipasi aktif mahasiswa.

“Mahasiswa bukan ancaman bagi stabilitas, tapi pemantik bagi perbaikan. Kampus ini bukan milik segelintir elit birokrasi, melainkan rumah bersama yang harus dijaga atas dasar keadilan dan keberanian untuk berubah,” pungkas Alif Tangngelona Putra. (*)

Pos terkait