Kisah Keluarga Penghuni Lapas, Ada yang Masih Sempat Teleponan, Ada yang Loncat dari Lantai 2

MEDU-ONLINE | Para keluarga beramai-ramai datangi Lapas Tangerang usai kebakaran maut, mereka kuatir dengan kondisi Napi.

Pihak keluarga para napi korban kebakaran maut mengunjungi Lapas Kelas I Tangerang, Banten. Mereka datang untuk mengecek kondisi anggota keluarganya yang kini menjadi warga binaan di Lapas Kelas I Tangerang.

Bacaan Lainnya

Nurhayati (40) bercerita bahwa anaknya yang bernama Ujang merupakan penghuni di Blok C di Lapas Kelas 1 Tangerang. Dia mengatakan, saat kebakaran terjadi, Ujang lompat dari lantai 2 untuk menyelamatkan diri.

“Ya semua baju-bajunya abis, tinggal pakai kolor doang dia loncat,” ujar Nurhayati melansir Detikcom di Lapas Kelas I Tangerang, Rabu (8/9/2031).

Mulanya, Nurhayati mendapat kabar terkait kebakaran melalui anak bungsunya. Sontak, kabar tersebut langsung membuatnya khawatir terhadap kondisi Ujang.

“Aduh saya mau pingsan, setengah mati mau berangkat kerja dapat telepon dari anak saya satunya lagi ada kebakaran, kebetulan temennya damkar,” ujar Nurhayati.

Namun Nurhayati mengatakan Ujang kini dalam kondisi selamat dan hanya mengalami sejumlah luka akibat kebakaran.

“Katanya nggak apa-apa alhamdulillah selamat, kebenaran pintunya terbuka kena kakinya doang, kena bara-bara kebakaran aja,” pungkasnya.

Anggota keluarga lainnya, Khairuddin (45), turut menyambangi Lapas Kelas I Tangerang untuk mengecek kondisi anaknya yang bernama Slamet. Khairuddin menyebut Slamet merupakan salah satu penghuni Blok C Lapas Kelas I Tangerang.

“Anak saya di Blok C, kasus narkoba,” kata Khairuddin.

Dirinya mendapat informasi terkait kebakaran lapas melalui televisi. Bahkan dia rela berangkat dari Sukabumi langsung menuju Lapas Kelas I Tangerang karena khawatir kondisi anaknya.

“Saya dari Sukabumi. Saya nonton TV, terus ada kebakaran saya langsung berangkat ke sini untuk memastikan,” terang Khairuddin.

Kendati begitu, hingga saat ini dirinya belum mengetahui secara pasti kondisi anaknya itu. Pihak Lapas Kelas I Tangerang pun belum memberikan informasi terkait kondisi Slamet.

“Belum tahu saya makanya datang ke sini. Saya cuma disuruh nunggu di luar. Ini khawatir makanya,” ungkapnya.

Sebelumnya, kebakaran maut di Lapas Kelas I Tangerang menewaskan 41 napi. Api muncul dari Blok CII, yakni blok khusus kasus narkotika.

“Sementara ini di Blok CII ini adalah kasus narkotika. Tapi kepastian data akan kami update. Saat ini masih identifikasi penanganan korban,” ujar Kabag Humas Ditjen Pas Kemenkumham RI Rika Aprianti kepada wartawan, Rabu (8/9/2021).

Rika menuturkan pihaknya masih menyelidiki kasus ini. Saat ini pihaknya masih konsentrasi pada penanganan warga binaan dan petugas.

“Pemulihan kondisi Lapas Kelas I Tangerang. Tidak kalah penting lagi, kami harus menjaga kondisi Lapas Kelas I Tangerang ini tetap kondusif,” ujar Rika. (DETIK)

Telepon Terakhir Sang Ibu

Tak pernah terbesit sebelumnya oleh Upik Hartanti (44) bahwa telepon pada Selasa, 7 September 2021, menjadi komunikasi terakhirnya dengan sang anak, Rezkil Khairi.

Rezkil menjadi salah satu korban meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi di Lapas Kelas 1 A Tangerang, Rabu (8/9).

Kebakaran itu disebut terjadi di Blok C lapas tersebut. Peristiwa itu menyebabkan total 41 orang tewas.

“Semalam habis nelepon saya jam 9 minta pulsa,” ujar Upik saat ditemui di Lapas Kelas I Tangerang, Rabu (8/9) dikutip dari laman Kumparan.

Rezkil Khairi yang disebut Upik berusia 23 tahun, merupakan napi yang baru saja dipindahkan penahanannya ke Lapas Kelas I Tangerang.

Sebelum menjalani masa hukumannya di Lapas Kelas I Tangerang, kata Upik, anaknya terlebih dahulu menjalani hukuman di Lapas Kelas II.

“Pertamanya di lapas kelas II, pindah sini pas mau puasa baru 4 bulan di sini mah. Di lapas sebelumnya ada setahun. (Dihukum karena) Narkoba, (hukumannya) 5 tahun 3 bulan,” cerita Upik.

Berbeda dengan Upik, Nursin (46) yang notabene suami Upik justru meminta kepada pihak berwenang untuk membenahi seluruh sistem yang ada saat ini di seluruh lapas di Indonesia.

Ia berharap peristiwa yang menimpa anaknya ini menjadi peristiwa terakhir yang terjadi.

“Mereka mungkin harus lebih waspada jangan sampai terulang kembali kejadian seperti ini. Ya kita berbalik ke dia aja deh kalau anaknya didalam kejadian kayak begini gimana, bagaimana dari kecil kita besarkan sampai sudah besar begini,” kata Nursin.

Dari 41 narapidana yang tewas, dua di antaranya merupakan Warga Negara Asing (WNA). Keduanya merupakan napi yang berpaspor Afrika Selatan dan Portugal.

Sebagian besar korban tewas merupakan narapidana kasus narkoba. Hanya ada dua korban tewas dari kasus lain, yaitu satu napi terorisme dan satu napi kasus pembunuhan. (*)

Pos terkait