Ini Harapan “Kaum Millenial” di Pilkada Kota Palopo

PALOPO — Pemilih pemula dinilai bakal sangat berpengaruh di Pilkada 2018. Selain jumlahnya yang masif, kalangan yang belakangan lazim diistilahkan ‘generasi millenial’ itu juga diyakini lebih melek politik.

Pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan tak bisa dipisahkan dengan pemilih pemula atau kaum millenial.

Bacaan Lainnya

Dalam memberikan hak suaranya kepada calon pemimpin yang akan dipilihnya nanti, tentunya, ada harapan yang diinginkan dalam kinerja sang calon ketika terpilih 5 tahun ke depan.

Faradillah Nurul Suci, yang merupakan siswi SMAN 3 Palopo (Smanet) kelahiran Palopo 20 Juni 2000, melihat dari tanggal lahirnya tersebut, dirinya mendapatkan status pemilih pemula atau kaum millenial karena usianya sudah 17 tahun lebih, dan telah memenuhi syarat sesuai dengan aturan KPU dalam partisipasinya menentukan pemimpin ke depan, khususnya dalam Pemilihan Walikota Palopo 2018.

Mewakili kaum millenial di Kota Palopo, Faradillah Nurul Suci menjelaskan satu persatu harapannya kepada walikota terpilih periode 2018-2023.

Ia menginginkan perhatian pendidikan menjadi prioritas utama. Pembangunan sarana fisik sekolah yang merata dan pembangunan sarana fisik sekolah disinergikan dengan prasarana fasilitas (kursi, bangku dll),” jelas Fara panggilan akrabnya, Sabtu 27 Januari 2018.

“Jadinya, sekolah dari tampak luar ji bagus, masuk di dalam kelasnya jelek, banyak bangku, kursi dll rusak, kotor,” kata siswi juara 4 olimpiade ekonomi se Indonesia 2015 ini.

Lanjutnya, begitupun juga dengan perpustakaan umum yang ada sekarang ini. Tidak update, alangkah indahnya perpustakaan umum itu mengadakan pengadaan buku baru sesuai dengan kebutuhan pelajar. Begitupun juga, dengan konsep interiornya membosankan, tidak ramah anak muda. Untuk meningkatkan minat baca di perpustakaan sangat perlu diubah konsepnya dan pengadaan buku buku baru,” jelasnya yang gemar belajar matematika ini.

Sekarang itu juga, revitalisasi taman taman di Kota Palopo tidak didukung dengan akses internet dan WC yang terjaga bersih. “Enaknya kalau ada wifinya, pilihan utama untuk belajar kelompok kalau ada tugas sekolah,” sebutnya.

Siswi yang bercita-cita jadi psikolog ini juga berharap pengadaan bus sekolah yang merata. Karena, kata dia, pelajar dibawah usia 17 tahun dilarang oleh pihak kepolisian bawa motor ke sekolah. Solusi dari pemerintah tidak ada. Terus terang, bus sekolah, kami tidak harapkan untuk gratis tetapi terjangkau untuk anak sekolah. Ini Harapan kami semoga bisa direalisasikan oleh pemerintah kota ke depan,” tutup Fara, anak dari pasangan Nurtaba dan Jumatun ini.(Ha/*)

Pos terkait