MEDU-ONLINE | PALOPO — Beredar rekaman suara seorang perempuan lewat sejumlah Grup WhatsApp pada Rabu malam 10 November 2021, dimana disebutkan dalam rekaman itu jika kota Palopo bakal diguncang bencana besar dalam waktu dekat ini.
Rekaman berdurasi 41 detik itu, dengan cepat menyebar dan meneror psikologi masyarakat kota Palopo.
Dalam voice note atau rekaman suara tersebut, digambarkan jika sang perempuan bercerita tentang tetangganya di kawasan Mancani yang bertemu dengan seorang nenek-nenek di jalan saat hendak pulang ke rumahnya. Lokasi pertemuannya disebut dekat lorong Lembaga Pemasyarakatan atau Mancani.
Berikut kutipan rekaman meresahkan tersebut:
“Ini anu, eh suaminya tetanggaku toh, tukang urut di samping Salon, eee pulang ki katanya dari kebunnya di atas sini lorong lembaga toh. Eh ketemu sama nenek-nenek tidak na kenal juga itu nenek-nenek. Na kira mau menumpang naik di motornya. Ternyata tidak. Na tanya itu katanya suaminya tetanggaku. Na bilang: adakah keluargamu di kota. Palopo. Suaminya bilang, iya ada. Kenapai?”
“Na bilang, e suruh bammi na anu… eh… suruh bammi pindah dari anu situ dulu untuk sementara, karena ada nanti banjir itu, tenggelam itu Palopo. Ih ngeriku. Merindingku dengar kemarin, pas mau magrib,” ucap sang perempuan.
Begini Imbauan Kalaksa BPBD Palopo
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Palopo, Antonius Dengen saat diperdengarkan dan dikonfirmasi, Rabu malam (10/11), soal kebenaran cerita dalam rekaman suara itu meminta masyarakat kota Palopo agar selalu waspada dan tidak mudah terprovokasi serta lebih mendekatkan diri kepada pendekatan spiritual masing-masing agama dan kepercayaan yang dianut.
“Ini mungkin (rekaman) baru, tetapi ini juga meresahkan. Kita jangan mudah terpancing dengan isu-isu atau cerita yang tidak jelas asal usulnya atau hoaks. Sebagai mahluk beriman dan beragama, kita kembalikan semuanya kepada Sang Pencipta. Yang jelas, kami imbau agar masyarakat di masa pandemi dan cuaca yang cukup ekstrem ini agar selalu waspada terhadap bencana. Berhati-hati bukan berarti kita harus takut atau ditakut-takuti perasaan kita, tidak seperti itu. Cukup hal itu menjadikan kita lebih waspada dan lebih peduli pada masalah-masalah di sekitar kita, lingkungan kita, lebih baik mencegah sebelum terjadi,” pesannya. (*)