Balitbangda Palopo Gunakan Sistem Quadruple Helix Model Untuk Kaji Program ‘Siapa Mau Kerja Apa’

PALOPO — Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kota Palopo, bersama Perguruan Tinggi, Industri, dan Masyarakat melakukan Kajian Riset Strategi pengembangan Modal Kesejahteran Tenaga Kerja Perspektif (Quadruple Helix Model), yang berhubungan dengan program kerja Wali Kota Palopo ‘Siapa Mau Kerja Apa.’

Pelaksanaan kajian riset yang dilaksanakan di Aula STIE Muhammadiah Kota Palopo, Selasa 11 Desember 2018 itu merupakan kesiapan semua pihak baik dalam pelaksanaan program maupun dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 atau zaman milenial.

Panitia pelaksana, Drs Taufiqurahman, mengatakan, isu strategis tentang pembangunan nasional dan daerah Kota Palopo terkait progran kerja ‘Siapa Mau Kerja Apa.’

Ini erat kaitannya dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.

“Pepres 32 Tahun 2011 jelas mengatur dan menetapkan SDM sebagai salah satu elemen untuk mencapai strategi pelaksanaan MP3EI, yakni dengan memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional dalam mendukung pengembangan program utama di sekitar koridor ekonomi,” ungkap Taufiq.

Adapun tujuan dari riset ini, lanjut Taufiq, akan menghasilkan tenaga SDM tenaga kerja/wirausaha yang berkompeten, terampil dan profesional yang terintegrasi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, serta mampu memberikan kontribusi riil terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Palopo.

“Melalui riset ini juga kita akan kita pahami bersama bagaimana menjadikan SDM tenaga kerja atau wirausaha sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang mandiri,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas balitbangda Ilham Tahir Topase, mengungkapkan, saat ini dunia membutuhkan beberapa strategi dalam menghadapi salah satu tantangan, yakni di sektor tenaga kerja atau peluang menciptakan lapangan kerja.

“Untuk Kota Palopo, saat ini kita dihadapkan pada 4 tantangan, khususnya di sektor ketenagakerjaan,” ungkap Tahir.

Adapun 4 tantangan yang dimaksudnya adalah, masalah kualifikasi dan kompetensi angkatan kerja Palopo, selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Kota Palopo pada 2017 sebesar 7,19 persen, namun masih menyisakan sekitar 15.440 jiwa penduduk kurang beruntung.

Tantangan ketiga, lanjut Tahir, yakni dilaksanakannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini. Negara anggota ASEAN, mulai mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara. Sebagai anggota ASEAN, hal ini juga berlaku bagi Indonesia sejak 23 Maret 2016.

Ia mengatakan, tantangan terakhir adalah bonus demografi Kota Palopo sejumlah 176907 jiwa.

“Kalau kita bisa memanfaatkannya, maka akan menjadi penggerak kemajuan ekonomi daerah, namun sebaliknya jika tidak akan menjadi bumerang terhadap ekonomi Kota Palopo ke depan,” jelas Tahir.

Ia mengatakan, saat ini ada 52 model usaha yang di sediakan Dinas Parawisata bekerjasama dengan Balitbangda, akan tetapi untuk menggunakan semua model usaha ini perlu tenaga tehnik yang tinggi.

“Setelah dilaksanakannya agenda ini, para peserta saat kembali ke tempat masing-masing dapat mengimplementasikannya dengan baik dan benar sehingga di Kota Palopo kedepan tidak ada lagi masyarakat yang tidak bekerja,” jelasnya.(Humas/**)

Pos terkait